Larva ikan patin
yang baru menetas masih lemah. Organ tubuhnya baru terbentuk dan belum
sempurna. Inilah masa kritis bagi larva. Agar bisa hidup dengan baik, organ
tubuhnya bisa sempurna, dan masa kritis maka larva itu harus dipelihara.
Pemeliharaan larva dapat dilakukan pada akuarium yang sama. Tetapi biasanya
larva yang ditebar dalam akuarium terlalu padat. Karena sebagian larva harus
dikurangi, yaitu dengan memindahkan ke akuarium yang lain.
Pemeliharaan larva
patin biasanya dilakukan dalam ruangan tertutup (hatchery) wadah pemeliharaan
dapat berupa aquarium, fiber glass, bak semen atau bak kayu. Satu hal yang
harus diperhatikan adalah kepadatan dalam setiap akuarium. Jangan sampai
kepadatannya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kepadatan didasarkan pada
volume air dalam akuarium. Bisa juga didasarkan pada volume satu liter.
Kepadatan yang optimal dalam pemeliharaan larva patin adalah 100 ekor setiap
liternya. Bagi pembudidaya lama, kepadatan dalam setiap akuarium dapat
ditetapkan dengan melihat langsung pada akuarium itu. Tetapi bagi yang baru
harus menghitung dulu. Padat tebar larva yang digunakan menjadi sangat
tergantung dari kemampuan pengelola dan fasilitas pembenihan yang dimiliki.
Larva ikan patin
berkembang setiap saat, mulai dari organ hingga sifat-sifatnya. Demikian juga
dengan sifat makannya. Setelah menetas, organ tubuh larva patin belum sempurna.
Pada saat itu larva patin tidak makan, tetapi akan menghabiskan kuning telur
sebagai makanan cadangannya. Itu berlangsung selama kurang lebih dua hari,
tergantung suhu. Karena itu larva tidak perlu diberi pakan tambahan.
Lama pemeliharaan
larva patin 15 hari, dimana larva ikan patin mencapai ukuran 3/4 inchi. Dari
umur 30 jam sampai umur 7 hari diberi pakan naupli artemia, selanjutnya sampai
umur 15 hari, larva patin diberi pakan cacing sutra (tubifex). Suhu optimum
untuk pemeiharaan larva patin siam yaitu antara 29-32oC. Selama masa
pemeliharaan dilakukan penyimponan. Pergantian air dilakukan setelah larva
berumur 4 hari, selanjutnya setiap 2 hari sekali.
Cara menghitung
larva untuk kepadatan akuarium :
- Matikan aerasi
dan heater
- Aduk dengan
pelan air dalam akuarium yang berisi larva hingga larva tersebar merata ke
setiap bagian akuarium
- Ambil satu liter
air itu dengan gayung atau literan
- Hitung semua
larva yang ada dalam gayung itu
- Hitung pula volume air dalam akuarium
- Untuk mengetahui
jumlah larva tinggal mengalikan jumlah larva dalam seliter dengan volume air
- Sesuaikan jumlah
larva pada masing-masing akuarium..
Setelah habis kuning
telur, baru larva mulai makan. Saat itu, larva harus doberi pakan tambahan,
kalau tidak sifat kanibalismenya akan muncul dan larva-larva itu bisa memakan
temannya sendiri. Tetapi ukuran pakan itu harus lebih kecil dari bukaan
mulutnya. Selain itu kandungan gizinya, terutama protein harus tinggi. Salah
satu jenis pakan yang bisa diberikan adalah naupli atau larva artemia (udang
laut). Tetapi naupli artemia itu harus dikultur terlebih dahulu.
Cara mengkultur
artemia :
- siapkan wadah
bervolume 20 liter dan siapkan pula instalasi aerasinya
- masukan 1.600 gram garam murni atau garam
kasar dan aduk hingga merata
- masukan empat sendok makan telur artemia *
hidupkan aerasi * setelah dua hari dipanen dengan cara mematikan aerasi, lalu
menyipon bagian tengah air dalam wadah itu dan tampung kain hapa yang paling
halus
- berikan larva
artemia itu ke larva.
Catatan : kultur artemia harus dilakukan
setiap hari dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan.
Pemberian pakan
dengan naupli artemia harus diatur, baik jumlah mapun watktunya. Waktu
pemberian pakan dilakukan 2 - 3 jam sekali, yaitu pagi dan sore hari. Pemberian
pagi hari dilakukan setelah penggantian air. Cara mengganti air seperti pada
penetasan telur, tetapi paling tinggi hanya 30 persen. Sedangkan pada pemberian
sore hari, airnya tidak perlu diganti dulu. Jumlah naupli artemia pada setiap
pemberian cukup 1/2 sendok teh artemia yang sudah disaring. Mulai hari 1 sendok
teh.
Pemberian naupli
artemia dilakukan selama 6 hari dan setelah itu, larva diberi cincangan cacing
tubifek yang masih hidup. Cacing tubifex bisa dibeli dari para penangkap dengan
harga antara Rp. 5.000 – Rp. 10.000 setiap liternya. Pemberian cacing tubifex
dilakukan secara adlibitum atau sesuai dengan kebutuhan, biasanya 2 – 3 kali
sehari. Keadaan itu bisa diketahui setiap hari. Bila diberikan dengan jumlah
tertentu habis, berarti jumlah itu kurang, bila tidak habis berarti kelebihan.
Pemliharaan larva
dilakukan selama 14 hari dan larva bisa dipanen. Pada saat itu biasanya larva
sudah mencapai ukuran antara ½ - ¾ inchi. Pemanenan larva dilakukan dengan cara
menangkapnya dengan menggunakan sekup net halus, tetapi sebelumnya air dalam
akuarium dikurangi hingga setengahnya. Larva yang tertangkap dimasukan ke dalam
ember besar untuk selanjutnya dihitung jumlahnya. Larva-larva tersebut bisa
dipelihara di kolam pendederan bisa dijual bila ada permintaan.
Namun, bukan
berarti tidak ada kelemahan pada cara perawatan larva benih ikan patin ini, tetap ada kendala dan kesulitan yang
akan kita hadapi. Karena kondisi lingkungan yang berbeda belum tentu
keberhasilan yang kita dapat akan sama. Contohnya ketersediaan air alami dan suhu dalam ruangan, Oleh karena itu kita
sesuaikan dengan kemampuan kita dan jika bisa kita mungkin akan menemukan cara
yang berbeda sehingga kelemahan dan kendala yang kita hadapi dapat kita
minimalisir.
Semoga bermanfaat